Senin, 29 Maret 2010

Manfaat Permainan Konstruktif Pada anak

Pengertian Bermain

Anak-anak gemar bermain. Bagi mereka, bermain berarti bukan main-main. Saat bermain, sebenarnya seorang anak memperoleh banyak hal, bukan hanya kesenangan. Bermain itu sendiri berarti setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1991). Artinya, bermain adalah kegiatan spontan. Anak tak berpikir terbakar jika bermain api. Ia hanya menginginkan kesenangan dari aktivitas itu.

Banyak pakar perkembangan anak mengumpulkan beberapa manfaat yang didapat seorang anak melalui bermain. Hasilnya:

1. Bermain dapat membantu perkembangan fisik seorang anak. Terdapat perbedaan yang jelas terlihat pada gerak reflek, kekuatan anggota badan hingga daya tahan pada seorang anak yang biasa bermain dengan mereka yang hobinya selalu berada dalam rumah dan diam.

2. Bermain juga merupakan sarana bagi berkembangnya kemampuan komunikasi seorang anak.

3. Bermain dapat merangsang tumbuhnya kreativitas anak. Tersedianya wahana yang luas ketika seorang anak bermain membuatnya terlatih untuk mengeksplorasi dunia. Hampir tiap permainan selalu mengundang nalar seorang anak untuk berpartisipasi.

4. Bermain juga bermanfaat untuk menyalurkan hasrat dan keinginan yang tidak tersalurkan dalam bidang lain.

5. Bermain berguna untuk menegaskan eksistensi dan peran yang harus diembannya. Bermain masak-masakan, bermain orang tua-orang tuaan, hingga bermain lurah-lurahan membuat anak memahami peran dan fungsi tokoh yang dimainkannya.

Dodson mengatakan bahwa cara terbaik bagi anak untuk dapat mempelajari sesuatu adalah dengan bermain (Bagaimana Memilih Mainan untuk Anak, Raharti Bambang, Media Pembinaan dan Pengembangan Kesejahteraan Anak, No. 13/ 1990, hal. 11 ). Ketika seorang anak bermain di alam bebas, anak dapat memperkaya pengetahuannya akan jenis tumbuhan, aneka ragam bunga, binatang, warna dan sebagainya

Sementara itu, Prof. Abdullah Nashih Ulwan menyebut dua hal yang menyokong pentingnya permainan yang baik dan hiburan yang bersih bagi anak-anak. Pertama, kemungkinan anak untuk belajar di waktu kecil lebih besar dibanding saat mereka dewasa. Sehingga dikatakan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Baihaqi dan Thabrani: "Belajar di waktu kecil seperti melukis di atas batu." Kedua, kebutuhan manusia akan hiburan dan permainan lebih besar di waktu kecil dibanding saat mereka dewasa. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi: "Anak yang energik pada waktu kecilnya pertanda ia akan menjadi orang yang cerdas ketika dewasa." (Bermain dengan Anak, Ummi No. 6 September 1989, hal. 35)


Pengertian Permainan Konstruktif

Menurut Agus Sujanto dalam buku Psikologi Perkembangan, permainan konstruktif diartikan, anak membangun menyusun balok-balok, batu-batu dan sebagainya menjadi sesuatu yang baru dan dengan itu anak menemukan kegembiraannya. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa anak mereproduksi obyek yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk konstruksinya. Misalnya mobil dari balok-balok mewakili mobil yang dilihat sebenarnya. Elizabeth B. Hurlock menyebutkan bahwa permainan konstruktif adalah bentuk permainan dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan tujuan yang bermanfaat mela-inkan lebih ditujukan untuk kegembiraan yang diperoleh dari membuatnya (Perkembangan Anak, jilid 1, Elizabeth B. Hurlock, Erlangga, 1991). Ini berarti, anak senang sekali bila dapat membuat dan menghasilkan sesuatu ke dalam bentuk konstruksinya.

Abu Ahmad dan Munawar Sholeh menamakan permainan kostruktif itu dengan sebutan permainan bentuk. Artinya, anak mencoba membentuk (konstruksi) suatu karya atau juga merusak (destruksi) suatu karya yang ada karena ingin tahu atau ingin mengubahnya (Psikologi Perkembangan, H, Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Rineka Cipta, Jakarta, 1991).

Dalam permainan konstruktif, anak tidak saja membentuk benda-benda menjadi suatu karya, tapi juga membuat benda baru dengan mengubah dari benda yang ada, sesuai dengan keinginannya. Karena itu, kita sering melihat seorang anak yang 'hobi' membongkar mainannya. Permainan ini, menurut dua pakar di atas, ada tingkatannya, yaitu: membuat sesuatu tapi belum dapat memberi nama.

• membuat sesuatu dan memberi nama.
• menentukan dan membuat nama dulu, sebelum membuat sesuatu.
• membuat sesuatu, sudah lengkap agak mirip dengan kondisi bentuk sebenarnya yang dikehendaki.

Keempat tingkatan permainan konstruktif tersebut menyimpulkan, anak mentransformasikan suatu benda atau suatu obyek menjadi suatu bentuk lain.


Permainan Konstruktif dan Kemampuan Ingatan Anak

Dengan karakter permainan seperti di atas, permainan konstruktif tak dapat dilakukan oleh seluruh balita. Agus Sujanto dalam Psikologi Perkembangan (Jakarta: Aksara Baru, 1988) memaparkan prosentase permainan yang biasa dilakukan seorang anak dalam setiap hari berdasar tingkatan umur.

Anak usia 4-5 tahun digolongkan masa kanak-kanak. Aktivitas membangun dan mencipta sudah ada dan berkembang pesat pada usia ini. Seperti yang dikemukakan oleh Carl Buhler bahwa permainan konstruktif sudah ada mulai usia 2 tahun dan meningkat terutama mulai usia 5 tahun. H. Hetzer juga mengemukakan bahwa pada usia 4-8 tahun porsi permainan konstruktif lebih besar daripada porsi permainan lain. Menurut Singgih D. Gunarsa, anak pada masa ini mempunyai ciri-ciri:

• tak lagi tergantung pada orang tua dan sudah punya inisiatif untuk melakukan sesuatu.
• mulai mengetahu kemampuan dan keterbatasannya serta bisa
• berkhayal tentang apa yang akan dilakukannya.
• menyenangi hal-hal baru dan menarik.
• mampu bekerjasama dengan orang dewasa.

Permainan seorang anak dapat merangsang kemampuan ingatannya. Kemampuan ingatan memang harus dirangsang dan dilatih. Drs. Padji menyatakan bahwa kemampuan otak untuk menyimpan dengan cepat dan mengingat kembali dengan teliti harus dilatih dan disempurnakan (Meningkatkan Keterampilan Otak Anak, Drs. Padji, Pioner Jaya, Bandung, 1992, hal. 24).

Permainan konstruktif sebagai bagian dari permainan edukatif, dapat merangsang kemampuan ingatan seorang anak. Tujuan diberikan permainan ini adalah untuk pengembangan aspek-aspek kepribadian anak, di antaranya untuk mengetahui dan merangsang kreativitas anak dalam mereproduksi bentuk bangunan yang bersifat konstruktif sesuai dengan imajinasinya. Manfaat utama dari permainan konstruksi adalah melatih kemampuan ingatan anak. Setiap kali anak melakukan permainan konstruktif, maka otak anak diaktifkan kembali untuk mengingat. Semakin banyak anak diberikan permainan ini, semakin banyak pula latihan mengingat pada anak dan kemampuan ingatan anak menjadi terlatih dengan baik. Misal anak yang tinggal di pesantren. Mereka sering diberi tugas hafalan.

Ini artinya mereka sering mendapat latihan mengingat, hingga ingatan mereka menjadi terlatih dan mudah mengingat sesuatu.

Metode dalam melatih ingatan dengan memberikan permainan konstruktif dikenal dengan sebutan metode rekonstruksi. Kepada anak diperlihatkan berbagai obyek yang tersusun dengan cara tertentu. Setelah itu, urutan tersebut dibongkar dan anak harus menyusun kembali. Melalui permainan ini anak dapat berekspresi dan berkreasi dengan benda-benda yang beraneka ragam bentuknya sesuai dengan yang diingatnya. Permainan seperti ini penting karena merupakan latihan bagi kemampuan ingatan anak. Dalam permainan itu anak menerima kesan-kesan yang nantinya dapat dimunculkan kembali saat diperlukan. Saat memasuki sekolah dasar misalnya, anak menjumpai pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan permainan yang pernah dilakukan, antara lain bangun dasar geometri. Bahkan, kemampuan ingatan yang sudah terlatih sangat berguna dalam keseluruhan proses belajar. Antara proses belajar dan ingatan mempunyai hubungan erat. Tak mungkin kita mempelajari sesuatu tanpa fungsi ingat atau dikritik orang dewasa. Tapi, semua itu bisa dihindari atau dikurangi dengan cara menghargai apapun hasil konstruksi yang telah dibuat anak.

Dalam hal ini, tentu saja peran orang tua sangat besar untuk menjaga semangat anak dalam melakukan permainan konstruktif.

Sumber : Majalah Ishlah, No. 11/Th II, 1994/1995

Selengkapnya...

Jumat, 26 Maret 2010

Bangsa Musnah











Author : Harun Yahya
Judul : Bangsa Musnah
Sumber :
www.bangsamusnah.com
info@bangsamusnah.com

Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi mereka lah yang menganiaya diri mereka sendiri.(QS. At-Taubah: 70)

Pesan-pesan suci, disampaikan untuk umat manusia oleh Allah melalui utusan-utusan-Nya, telah dikomunikasikan kepada kita sejak penciptaan umat manusia, Beberapa masyarkat/kaum telah menerima pesan/ajaran ini sementara yang lain telah mengingkarinya. Adakalanya, ada sejumlah kecil dari suatu masyarakat yang mau menerima perintah suci tersebut mengikuti seorang pembawa risalah(nabi).

Namun sebagian besar dari masyarakat yang telah didatangi risalah suci tersebut tidak bersedia menerimanya. Mereka tidak hanya mengabaikan pesan suci yang disampaikan oleh sang pembawa pesan, namun juga berusaha untuk melakkan perbuatan keji terhadap para pembawa pesan dan para pengikutnya. Para pembawa pesan suci tersebut biasanya dituduh serta difitnah sebagai "pembohong, sihir, orang yang sakit gila dan penuh dengan kesombongan" dan menjadi pemimpin dari banyak orang yang harus mereka cari-cari untuk dibunuh.

Semua hal yang diinginkan oleh para nabi dari kaumnya adalah kepatuhan mereka kepada Allah. Mereka tidak meminta uang ataupun berbagai keuntungan dunia lainnya sebagai balasan. Dan juga mereka tidak berusaha memaksa kaum mereka. Yang mereka inginkan hanyalah mengajak kaum mereka kepada agama yang haq dan bahwa mereka seharusnya memulai sebuah jalan hidup yang berbeda bersama dengan para pengikutnya terpisah dari masyarakat.

Apa yang telah terjadi antara Syu'aib dan kaum Madyan dimana dia diutus, menggambarkan hubungan antara nabi dengan kaumnya sebagaimana yang disebutkan dimuka. Reaksi dari suku Syu'aib terhadap Syu'aib, yang menyerukan kepada mereka untuk beriman kepada Allah dan menghentikan semua tindakan ketidakadian yang telah mereka lakukan, dan bagaimana itu semua berakhir sangatlah menarik.

Dengan memikirkan "batu /prasasti Syu'aib" yang tidak lain kecuali menyerukan mereka kepada kebaikan, kaum Mdyan dihukum dengan kutukan dari Allah dan merekapun telah dibinasakan sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat diatas. Masyarakat Madyan bukanlah satu-satunya contoh. Sebaliknya sebagaimana Syu'aib sedang berbicara kepada kaumnya, banyak masyarakat yang telah ada lebih dahulu sebelum masyarakat Madyan yang telah dibinasakan. Setelah Madyan, banyak masyarakat lain yang juga dihancurkan oleh kemurkaan Allah.

Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan menyebutkan masyarakat-masyarakat yang telah disebutkan diatas yang telah dibinasakan dan sisa-sisa peninggalan mereka. Di dalam Al Qur'an, masyarakat-masyarakat ini disebutkan secara mendetail dan orang-orang diajak untuk merenungkan dan mengambil pelajaran serta peringatan tentang bagaimana kaum-kaum ini berakhir.

Pada titik ini, Al Qur'an secara khusus menarik perhatian terhadap kenyataan bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Di dalam Al Qur'an, sifat-sifat dari kaum-kaum yang dihancurkan ditekankan sebagai berikut:

Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?.(QS Qaf 36).

Dalam ayat tersebut, dua sifat dari kaum yang telah dihancurkan secara khusus ditekankan. Yang pertama adalah mereka merasa "lebih besar kekuatannya". Hal ini berarti bahwa masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut telah berada dalam suatu tingkat kedisiplinan dan system birokrasi militer yang tangguh dan merenggut kekuatan diwilayah mereka berada memalui dengan cara paksaan kekuatan. Point kedua adalah masyarakt-masyarakat yang telah disebutkan dimuka mendirikan kota-kota besar yang dihiasai dengan karya-karya arsitektur mereka.

Hal ini patut untuk diperhatikan bahwa dari kedua macam sifat-sifat ini termasuk yang dimiliki oleh peradaban yang ada dijaman kita sekarang ini, yang telah membentuk sebuah kebudayaan dunia yang begitu luas melalui ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan telah mendirikan negara-negara yang tersentralisir, kota-kota besar, namun mereka masih tetap mengingkari dan mengabaikan Allah, melupakan bahwa semua hal tersebut memungkinkan untuk dibuat karena Kekuasan Allah saja. Namun, sebagaimana dikatakan di dalam ayat, peradaban mereka yang telah berkembang tidak bisa menyelamatkan masyarakat yang telah dihancurkan tersebut, dikarenakan peradaban mereka berdiri diatas landasan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat inipun tidak akan berbeda selama peradaban sekarang ini berdasarkan kepada pengingkaran dan berperilaku jahat di dunia.

Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa diantaranya yang diceritakan dalam Al Qur'an, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis yang dilakukan di jaman modern, Temuan-temuan ini yang secara jelas membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al Qur'an benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya untuk menjadi "peringatan terlebih dahulu" yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah Al Qur'an. Allah berfirman di dalam Al Qur'an bahwa penting untuk "bepergian di muka bumi" dan "melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka".

"Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka yang mendustakan rasul)dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memikirkanya."

Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa.

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kiab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.(QS Yusuf 109-111).

Sesungguhnya, terdapat banyak contoh dalam kisah-kisah tentang masyarakat di waktu lampau bagi orang-orang yang dikaruniai kepahaman. Kehancuran mereka yang disebabkan oleh pemberontakan mereka terhadap Allah dan penolakan terhadap perintah-perintah-Nya, kaum-kaum ini mengungkapkan kepada kita betapa lemah dan tidak berdayanya umat manusia dhadapan Allah. Di dalam halaman-halaman berikut, kita akan mempelajari contoh-contoh dalam susunan yang urut berdasarkan kronologi kejadiannya.

Download Ebooknya di sini:
http://www.4shared.com/file/249600106/d539efa0/bangsamusnah.html

Selengkapnya...

Kamis, 25 Maret 2010

Keajaiban Otak Anak

Judul : Keajaiban Otak Anak
Karya : Allison Gopnik, Ph.D, Andrew N. Meltzoff, Ph.D, Patricia K. Kuhl, Ph.D
Penebit : Mizan Media Utama
Terbit : Desember 2006 (Edisi Indonesia, Cetakan Pertama)
Tebal Buku : 380 halaman

























Sebuah ungkapan bijak berbunyi: "Belajar itu dari buaian hingga liang lahat" Seolah membuktikan kebenaran kalimat itu, temuan-temuan mutakhir dalam bidang neurologi dan psikologi menunjukkan bahwa sejak lahir bayi memang telah membawa kecenderungan untuk belajar.

Bak seorang fisikawan, dia menyelidiki sifat benda-benda di sekitarnya. Bak seorang psikolog, dia berusaha membaca pikiran orang-orang yang dijumpainya. Dia membuat perkiraan, mengujicobanya, menarik kesimpulan, dan melakukan koreksi bila suatu saat kesimpulannya itu terbukti salah: persis seperri cara kerja seorang ilmuwan.

Buku ini bukan "sekadar" buku how-to pengasuhan anak, tetapi buku yang memberikan pemahaman menyeluruh tentang cara kerja otak bayi. Oleh karenanya, inilah buku wajib bagi para orangtua baru yang serius dalam mengembangkan potensi anak sejak sangat dini. Buku yang segar, informatif, dan terkadang jenaka ini akan memberi Anda kegembiraan baru dalam mengasuh anak, karena juga memberikan contoh eksperimen-eksperimen kecil yang bisa Anda lakukan bersama sang buah hati.

"Harus dibaca oleh para guru, pekerja sosial, terapis, pembuat kebijakan, orang tua, dan siapa pun yang peduli akan anak... Buku ini penuh dengan pengungkapan yang mempesona."
-Washington Post-

=============================

Link Download (digibook) - 924 kb
http://www.4shared.com/file/84014185/7d231784/Keajaiban_Otak_Anak_R2a.html

Selengkapnya...

Cara Mengatasi Anak Berbohong

Bila kita perhatikan anak yang berusia pra sekolah tidak mau mengakui melakukan sesuatu yang jelas-jelas kita tahu telah dilakukannya, belum tentu dia bermaksud membohongi kita.

Berikut sejumlah hal yang membuat anak melakukan kebohongan.

1. Lupa
Anak-anak usia pra sekolah memiliki daya ingat yang pendek. Oleh karena itu, si kecil tidak mencoba untuk berbohong ketika Anda bertanya, kenapa dia bertengkar. Yang dia ingat hanyalah ia tadi telah berusaha merebut mainan dari temannya.
2. Harapan
Saat anak yang berusia pra sekolah berkeras mengatakan dia tidak memecahkan vas bunga Anda yang mahal, sebetulnya bukan maksud dia untuk mengingkari kenyataan. Masalahnya, dia sedang berharap hal tersebut tidak terjadi dan oleh karena itu dia meyakinkan dirinya, hal tersebut tidak ada hubungannya dengan dirinya.
3. Imajinasi yang aktif
Di usia ini anak-anak kaya dengan fantasi. Kreativitas mereka memuncak dan mereka berpikir, apa yang ada di dalam alam pikirannya memang betul. Lagipula, menurut mereka, setiap orang berpergian ke bulan menggunakan roket raksasa.
4. Tidak ingin dicela
Anak tahu, kok, kelakuannya yang buruk akan mengecewakan Anda. Nah, untuk menghindari murka Anda, mereka lebih memilih berbohong.
5. Ingin dikagumi
Mengarang cerita membuat anak Anda merasa dirinya penting. Saat dia menceritakan pada Anda bahwa dia berenang di kolam renang untuk orang dewasa, sebetulnya dia sangat ingin dipuji dan dikagumi. Dan hal ini bukan merupakan kebohongan yang disadari.
6. Minta perhatian
Anak merasa, bila dia mengarang cerita maka cara ini merupakan jurus jitu untuk mendapatkan respon dari Anda. Dia bahkan tidak memikirkan sisi negatifnya. Kebiasaan mengarang cerita akan berlangsung bila dia mendapatkan perhatian yang diinginkannya.
7. Penting & Hebat
Bila anak mengatakan dialah yang menyelamatkan pengasuhnya saat jatuh dari ayunan, sebetulnya dia mencoba menciptakan suatu situasi yang membuat dia merasa penting.
8. Menguji peraturan
Pada jam tidur siang, si kecil yang berusia 5 tahun berkeras ingin menonton tv, padahal dia tahu, di jam tidur siang, Anda tidak memperkenankannya menonton televisi. Mulailah dia merajuk sambil mengatakan, seharian itu belum menonton televisi dan Anda tahu dia berbohong. Hal ini wajar karena mereka merasa terkungkung dengan peraturan-peraturan yang diberikan oleh orangtuanya.

YANG HARUS DI LAKUKAN

1. Bersikap kenyang
Tampaknya berlawanan dengan apa yang ingin Anda lakukan (Jelas Anda tak ingin mendukung kebohongannya) namun cara terbaik untuk mengatasi keadaan ini adalah dengan mengambil langkah sesuai dengan keadaan yang terjadi.

Tapi Anda perlu mengingatkan diri sendiri, berbohong adalah merupakan bukti bahwa anak sedang belajar apa yang benar dan yang salah. Di sisi lain anak tengah belajar mengembangkan kesadaran dan pengertian yang jelas atas perbedaan antara fakta dan fiksi. Lagipula, bila dia merasa dia tidak berbuat salah, mengapa dia harus pusing-pusing menutupinya?
2. Cari tahu penyebabnya
Bila si kecil merupakan buaian untuk sesaat, mungkin dia ingin menikmati rasa kepuasaan sebagai manusia untuk merasa penting dan dihargai. Dalam hal ini, sebaiknya Anda tidak memberikan dukungan atas kebohongan-kebohongan yang dilakukannya dengan memberikan pujian atas usaha dan prestasinya.
3. Jangan menyalahkannya
Berikan komentar yang membuat mereka mengaku, bukan menyangkal.
4. Beri simpati
Bila dia secara diam-diam memakan coklat, dan tidak mau mengakuinya (sementara itu mulutnya penuh dengan coklat), tidak berarti dia jahat. Dia hanya berusaha mendapatkan fakta bahwa tidak semua yang diinginkannya merupakan miliknya.
5. Terapkan konsekuensi yang sesuai
Bila anak berusaha menyelamatkan dirinya, maka dia harus mendapatkan konsekuensi yang sesuai. Dengan cara ini dia akan belajar, berbohong tidak berguna tetapi justru merugikan dirinya sendiri.
6. Ajari pentingnya kejujuran
Anak mungkin tahu, berbohong itu tidak baik, tetapi belum tentu dia mengerti bahwa dampak moralnya adalah bahwa seseorang yang berbohong menjadi orang yang tidak dapat dipercaya. Anda dapat menanamkan kejujuran kepadanya melalui cerita- cerita.
7. Bersikap positif, bukan menghukum
Bila Anda berharap si kecil mau mengakui kesalahannya, jangan memberikan respon atas kejujurannya dengan meluapkan kemarahan Anda kepadanya. Soalnya jika memberi respon yang ekstrem, lain waktu dia tidak akan mengakui bahwa dia melakukan kesalahan.

Bila Anda memberikan hukuman atas kebohongannya, hal itu tidak akan memberikan efek seperti yang Anda harapkan. Anak-anak yang dihukum atas kebohongan-kebohongan kecil justru akan melakukan kebohongan-kebohongan yang lebih besar. Beri pujian terhadap anak yang mau mengakui kesalahannya. Dukungan positif akan lebih efektif dibandingkan dengan hukuman.
8. Yakinkan ia tetap dicintai
Bila anak tidak sengaja memecahkan lampu kamar tidurnya, dia pasti takut mengakuinya karena khawatir ibu tidak sayang lagi kepadanya. Jelaskan dan yakinkan lagi si kecil, ibu dan ayah tetap mencintainya walaupun dia telah melakukan sesuatu yang Anda harapkan tidak dia lakukan.
9. Tentukan parameter
Jelaskan pada anak bila dia ingin mengambil kue dari piring orang lain, misalnya, dia harus minta izin dari orang tersebut dengan menggunakan kata-kata yang sopan. Dengan memberikan batasan atau aturan yang jelas, hal ini merupakan hal yang positif yang dapat Anda lakukan untuk anak.
Selengkapnya...

Rabu, 24 Maret 2010

Sejarah SDIT Ar-Rahmah

SDIT Ar Rahmah dalam kilasan sejarah

Apa ukuran keberhasilan sebuah sekolah? Seorang penulis buku pernah mengatakan sekolah yang baik adalah sekolah yang membuat anak-anak senang ke sana. Inilah yang terjadi di SDIT Ar Rahmah. Murid-muridnya merasa senang ke sekolah. Bahkan ada orangtua yang harus melarang anaknya ke sekolah karena sakit. Tapi anaknya ngotot ke sekolah. “ Bu tolong titip Ainun. Sebenarnya dia sakit tapi dia maksa ke sekolah” kata bu Nuraeni

Seperti apakah SDIT Ar Rahmah, magic apa yang dipakainya sampai murid-muridnya tersihir senang ke sekolah? SDIT Ar Rahmah adalah sebuah sekolah yang menerapkan integrasi nilai keislaman dalam semua pembelajarannya. Islam diajarkan tidak harus dalam sebuah pelajaran yang terpisah tetapi dalam semua aspek kehidupan. Mulai dari berpakaian, berbicara dan bertingkah laku, murid-murid diharapkan mengacu pada ajaran yang dibawa NAbi Muhammad SAW.

Sekolah ini tidaklah langsung ada. Sekolah ini lahir dari keprihatinan pengurus Yayasan Ar Rahmah, Ramli Mansyur SE, Ak, Winarso Ak, Syakroni, Dipl.Rad dan Hasan Hamido, S.Pd. Mereka prihatin dengan praktek pendidikan yang kurang mengintegrasikan nilai positif (Islamic Value). Dari keperihatinan itu muncullah pertemuan yang kemudian berkembang menjadi pertemuan dengan para calon guru (Pak Hasan Hamido, Pak Husen, Bu Masyita, Bu Oda’. Alhasil, mereka menemukan kata sepakat, bentuk sekolah islam.

Akhirnya, hari itu, 9 Juli 2001 mulailah beroperasi sebuah sekolah dengan nama Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ar Rahmah. Awala mula sekolah ini mengontrak sebuah rumah toko (ruko) di kompleks Pusat Niaga Daya (PND) Makassar Sulsel. Alhamdulillah, sekolah ini langsung mendapat respon yang positif. Sekolah ini langsung menerima murid dari kelas I sampai kelas V. Tercatat tahun itu, jumlah murid saat itu sebanyak 62 orang.

Jumlah guru saat itu 14 orang (Pak Hasan Hamido (kepala sekolah), Pak Husen, Bu Masita, Bu Raudhatul Jannah (Oda), Bu Tita Yunita Sari, Bu Tuti Herawati, Bu Devi Santi Erawati (sekarang aleg Sulsel), Bu Wardah, Bu Fenny, Pak Takdir Syafruddin, Bu Rosnani, Bu Nurbania, Pak Muharram Jaya, dan Masrudi

Hadirnya sekolah ini ternyata mendapat respon positif masyarakat sekitar. Pada tahun kedua, lokasi lama sudah tak cukup lagi menampung jumlah murid yang semakin bertambah. Betapa beruntungnya, ketika mencari lokasi di perumahan dosen Unhas Tamalanrea, sekolah ini diberi kesempatan menyewa di kompleks masjid Al Ikhlas selama 3 tahun.

Ternyata manfaat SDIT ini dirasakan oleh para orangtua yang juga dosen di Unhas ini, maka para orangtua murid (POMG: persatuan orangtua murid dan guru) yang diketuai oleh Bapak Ir. H. Muhammad meminta untuk bertemu dengan pengurus Masjid Al Ikhlas. Walhasil, dibentuklah sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Iqro’ Tamalanrea yang merupakan gabungan antara pengurus Yayasan Ar Rahmah dengan Yayasan Masjid Al Ikhlas. Akhir Juni 2002 ditandatanganilah sebuah kesepakatan dan yang menjadi ketua yayasan adalah drg. Zulkifli Abdullah, M.Kes

Sekolah ini pun resmi terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Makassar dengan izin operasional sekolah dengan nomor statistis sekolah (NSS): 101196014029 yang kemudian berubah pada tahun 2008, NSS: 102196013434.

SDIT Ar-Rahmah semakin berkembang. Kini, SDIT Ar Rahmah sudah memiliki gedung sendiri, laboratorum komputer dan jumlah kelasnya sudah sebanyak 12 kelas (1 level terdiri dari 2 kelas) dengan guru berjumlah 28 dan murid 343 orang. Sekarang sekolah ini menjadi salah satu sekolah unggulan di Makassar.
Selengkapnya...